FILM : PANGLIMA BESAT JENDRAL SUDIRMAN
TANGGAL : 23 MARET 2016
TEMPAT : BALAI DESA KEDUNG JATI
Beliau dalam keadaan sakit parah, paru2 tinggal sebelah tetap memaksakan diri bergerilya melawan Belanda. Bukan materi yg beliau kejar,
bukan gaji besar, bukan fasilitas. Beliau bahkan tidak digaji. Presiden dan
Perdana Menteri sudah ditangkap Belanda dalam Agresi Militer (Aksi Polisionil)
Belanda ke-2. Beliau menjual perhiasan istrinya untuk modal perjuangan,
berpindah dari hutan ke hutan, dengan kondisi medan yg sangat berat,
dibayang-bayangi pengejaran tentara Belanda lewat darat dan udara.
Pak Dirman dalam keadaan sakit parah digerogoti TBC & paru2 tinggal satu memimpin perang gerilya dari atas tandu.
Inilah para gerilyawan yang beliau pimpin, berjuang keluar masuk hutan naik turun gunung demi kita anak cucu mereka.
Berjuang dengan persenjataan seadanya, melawan musuh yang memiliki persenjataan modern didukung kekuatan laut dan udara.
Gerilya berdasar kepada taktik hit and run, dan ini ampuh untuk merontokkan moral Belanda.
Di tengah kondisi kesehatan beliau
yg makin mengkhawatirkan itu, banyak pihak yg menyarankan agar beliau berhenti
bergerilya, namun semangat juang beliau tidak dapat dipatahkan oleh siapapun
juga.
Beliau terus gigih berjuang, tidak mempedulikan lagi keselamatan dirinya. Bagi beliau, lebih baik hancur dan mati daripada tetap dijajah.
Beliau terus gigih berjuang, tidak mempedulikan lagi keselamatan dirinya. Bagi beliau, lebih baik hancur dan mati daripada tetap dijajah.
Berkat
perjuangan yg tak kenal menyerah itulah, Belanda kewalahan secara militer. Kekuatan gerilya Pak Dirman luar biasa. Belanda hanya mampu
menguasai perkotaan, sedangkan di luar itu, sudah masuk wilayah gerilya tentara
dan pejuang kita. Di sisi lain, tekanan diplomatis terhadap Belanda juga
bertubi2, karena dunia internasional melihat bahwa dengan eksistensi TNI yg
ditunjukkan oleh Pak Dirman membuktikan bahwa Republik Indonesia itu ada, dan
bukan sekedar kumpulan gerombolan ekstrimis seperti yg santer dipropagandakan
Belanda.
Akhirnya, Belanda pun benar2
angkat tangan, dan terpaksa mengajak RI untuk berunding kembali. Perjanjian
Roem Royen pun terwujud pada tanggal 7 Mei 1949, dimana Indonesia dan
Belanda sepakat untuk mengakhiri permusuhan. Presiden pun telah dibebaskan oleh
Belanda dan dikembalikan ke ibukota negara, waktu itu masih Yogyakarta. Namun
ini masih belum final dan Pak Dirman tetap belum yakin dengan hasil perjanjian
itu. Beliau tetap bersikeras melanjutkan perjuangan sampai seluruh tentara
Belanda benar-benar hengkang dari tanah air.
NAMA : ANIS SATUS SOLIHAH
NADIA NOVITA LESTARI
KELAS : X TKJ 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar