Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah salah satu pahlawan dalam sejarah Indonesia yang namanya paling sering didengar. Bahkan, namanya diabadikan sebagai nama jalan raya di hampir setiap kota di Indonesia. Akan tetapi, selain jadi panglima besar yang memimpin tentara nasional Indonesia (TNI) selepas kemerdekaan Indonesia, perjuangan Soedirman justru cukup jarang diceritakan, selain dalam pelajaran sejarah di sekolah.Sineas Viva Westi (Rayya Cahaya di Atas Cahaya, Ketika Bung di Ende) kemudian memulai inisiatif untuk mengangkat sosok Soedirman dalam sebuah film biografi, dengan judul sederhana, Jenderal Soedirman. Di bawah bendera Padma Pictures, produksi film ini pun kemudian menggandeng pihak Markas Besar TNI Angkatan Darat RI dan Yayasan Kartika Eka Paksi untuk mendukung film ini, mengingat Soedirman adalah salah satu sosok panutan bagi kemiliteran Indonesia.Mengangkat tokoh pahlawan nasional dalam film memang bukan barang baru, bahkan belakangan sineas Indonesia cukup sering melakukannya. Akan tetapi, film Jenderal Soedirman sendiri mengambil sebuah sudut pandang yang berbeda, karena hanya akan menceritakan salah satu perjuangan paling dramatis dari Soedirman, yaitu perang gerilya melawan tentara Belanda selama tujuh bulan, sampai tercapainya perjanjian damai Roem-Roijen pada 14 April 1949.
Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
namun, pihak Belanda masih menganggap Indonesia sebagai wilayah
kekuasaannya, dan melakukan beberapa upaya untuk meredam para pejuang
kemerdekaan Indonesia yang dianggap pemberontak. Pada 19 Desember 1948,
Panglima Tentara Belanda, Jenderal Simons Spoor (Eric van Loon) memimpin agresi militer II ke Yogyakarta, yang saat itu jadi ibukota Republik Indonesia.
Presiden Soekarno (Baim Wong) dan wakil presiden Mohammad Hatta (Nugie) pun diasingkan ke Pulau Bangka, tetapi panglima militernya, Jenderal Soedirman (Adipati Dolken),
memutuskan melakukan taktik perang gerilya melawan Belanda. Membawa
hanya segelintir prajurit, Soedirman mulai melakukan gerilya melintasi
hutan belantara di pulau Jawa, menyerang tempat-tempat vital tentara
Belanda, yang menyebabkan dirinya diburu balik oleh tentara Belanda.
Perjuangan ini pun semakin berat ketika di tengah semua itu, Soedirman
menderita sakit paru-paru parah, dan desa-desa yang pernah disinggahinya
menjadi sasaran serangan tentara Belanda.
Cerita yang berfokus pada perang gerilya Soedirman memang sengaja
dipilih oleh sineas Viva Westi dan timnya untuk menggambarkan sosok
Soedirman bagi penonton masa kini. Selain sifatnya yang memang dramatis,
diakui oleh Viva bahwa bagian ini dipilih untuk menggambarkan kembali
apa itu perang gerilya, dan bagaimana perang itu dijalankan. Perang ini
pula yang membuat sosok Soedirman dihormati bahkan oleh pihak asing.
"Kita sebelumnya banyak yang nggak tahu perang gerilya itu apa.
Kenapa harus begitu, kenapa Pak Dirman tidak dikenali orang (saat itu),
dan sebagainya. Tentang perjuangan Pak Dirman, memang ada di agresi
militer I dan agresi militer II. Tetapi, kita lihat bahwa dengan tujuh
bulan dan 1000 kilometer yang beliau lalui (masa agresi militer II), itu
episode yang pantas untuk dibuatkan film," ungkap Viva saat ditemui di premiere film Jenderal Soedirman di Jakarta, 24 Agustus lalu.
Langkah lain yang diambil film ini adalah membuatnya lebih bisa
menarik penonton generasi muda. Karena itu, Viva juga berupaya untuk
menghindari dialog-dialog berat, dan memberi porsi signifikan di sisi
laga perangnya, dengan didukung oleh tim visual effects dan tata
suaranya.
"Untuk film ini saya coba untuk membawakannya dengan lebih ringan.
Dengan mungkin lebih banyak action-nya daripada dialog yang
bertele-tele. Mudah-mudahan dengan yang kami tampilkan seperti ini,
dengan ada pesawat, bom, dan lain-lainnya, akan membuat anak-anak muda
mau nonton. Apalagi dengan pemain Jenderal Soedirman kita, Adipati
Dolken yang fans-nya banyak anak-anak muda," ungkap Viva lagi.
Film Jenderal Soedirman turut dibintangi oleh Ibnu Jamil, Mathias Muchus, Landung Simatupang, Anissa Hertami, Lukman Sardi, Gogot Suryanto, Henky Solaiman, dan lain-lain. Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop nasional mulai 27 Agustus ini. Simak trailer-nya di bawah ini.
Film Jenderal Soedirman turut dibintangi oleh Ibnu Jamil, Mathias Muchus, Landung Simatupang, Anissa Hertami, Lukman Sardi, Gogot Suryanto, Henky Solaiman, dan lain-lain. Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop nasional mulai 27 Agustus ini. Simak trailer-nya di bawah ini.
NAMA : METRI DIAH ASTUTI (17)
AFIZAH IRMA DIYANTI (01)
KELAS : X TKJ 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar