Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia
dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara
Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari
serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan
tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit
tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut
terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu,
memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap
pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita Jendral Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin
parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena
penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat
dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat
itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet
juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut,Jendral
Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali
melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari
hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit
dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis.
Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Jendral Soedirman
pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang
tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung.
Setelah itu Jendral Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam
kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik
Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag,
Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan
Wakil Presiden Mohammad Hatta
NAMA:RAMADHAN
MA`RUF FACHRURROZY
KELAS:X TKJ-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar